Switchfoot, band asal San Diego, California yang mengusung musik alternative rock dengan lirik relijius, tampil di Jakarta, Indonesia untuk kedua kalinya pada Jumat (29/4) lalu di Hard Rock Cafe Jakarta. Pada penampilannya itu, mereka total membawakan 18 buah lagu yang terdiri dari 17 lagu sendiri plus 1 lagu band lain, yaitu Sabotage yang dipopulerkan oleh trio hip hop Beastie Boys. Pemenang Best Rock or Rap Gospel Album pada Grammy Awards yang diadakan Februari lalu ini pertama kali tampil di Jakarta tiga tahun silam.
Jika Switchfoot memiliki nama tengah, maka “enerjik” lah yang pantas dijadikan sebagai nama tengah band asal San Diego, California tersebut. Dan “enerjik” pula lah kata yang pantas diberikan kepada band asal San Diego, California, Switchfoot, setelah tampil di Hard Rock Cafe Jakarta pada Jumat (29/4) lalu. Itu adalah kali kedua Switchfoot tampil di Jakarta setelah sempat tampil di kota yang sama tiga tahun silam.
Dibuka dengan “The Sound (John M. Perkins’ Blues)” dan ditutup dengan “Dare You to Move”, malam itu vokalis/gitaris Jon Foreman, gitaris Drew Shirley, bassist Tim Foreman, kibordis/gitaris Jerome Fontamillas, dan drummer Chad Butler tampil memuaskan para penggemar setianya dengan membawakan total 18 buah lagu yang terdiri dari 17 lagu sendiri plus satu lagu Beastie Boys berjudul “Sabotage”.
Di sepanjang set, kuintet pengusung alternative rock dengan lirik relijius (mereka enggan disebut Christian Rock karena batasan-batasan yang kemungkinan ditimbulkan) ini menunjukkan bahwa penguasaan panggung adalah salah satu kelebihan mereka yang paling menonjol. Memang, panggung yang dimiliki oleh Hard Rock Cafe tidaklah tergolong sebagai panggung berukuran besar, tapi hal ini tidak dapat menutupi kenyataan bahwa sebagian besar kesuksesan penampilan Switchfoot pada malam itu disebabkan oleh penguasaan panggung kelas atas dari setiap personil dari band ini, terutama sang frontman Jon Foreman.
Penganut Kristen Evangelis yang beberapa kali menunjukkan kemampuannya dalam meniup harmonika ini dengan rajinnya bergerak ke sana ke mari demi menghibur penonton yang letaknya sangat dekat dari panggung karena absennya barikade yang biasanya berdiri kokoh di depan panggung. Bahkan, tidak jarang Jon Foreman menyodorkan tangannya guna bersalaman dengan orang-orang yang mengelu-elukan dirinya. Ia juga seringkali merangsang para penonton untuk turut bernyanyi dengan mengangkat mikrofonnya tinggi-tinggi atau malah langsung mendekatkan mikrofon tersebut ke lautan penonton yang langsung berebut meraih mikrofon itu dengan agresif.
Hebatnya lagi, para penonton yang memenuhi hampir satu lantai Hard Rock Cafe benar-benar turut bernyanyi sepanjang penampilan Switchfoot, termasuk pada lagu “Sabotage” yang bukan ciptaan Jon Foreman dan kawan-kawan. Mungkin, karena hal inilah stamina para personil Switchfoot seperti tidak ada habisnya. Yang pasti, karena hal inilah Jon Foreman berkali-kali berkata, “You guys are amazing!” Singalong semangat dan tepukan tangan tulus dari penonton seperti melecut setiap anggota dari band pemenang Best Rock or Rap Gospel Album pada Grammy Awards Februari lalu ini untuk terus meningkatkan performa mereka pada setiap lagu.
Alhasil, sebuah simbiosis mutualisme yang indah pun terjadi antara Switchfoot dengan para penggemarnya. Swtichfoot yang berusaha tampil maksimal demi memuaskan penggemarnya, penggemar yang ber-singalong ria guna menunjukkan seberapa besar mereka mencintai Switchfoot; semakin puas para penggemar maka semakin giat mereka ber-singalong, dan itu berarti semakin bersemangat Switchfoot memainkan lagu-lagu andalan mereka, semakin bersemangat Switchfoot, para penggemar pun semakin puas, dan seterusnya dan seterusnya. Hubungan timbal balik ini lah yang membuat konser Switchfoot menjadi lebih bagus dari yang dibayangkan.
Dibuka dengan “The Sound (John M. Perkins’ Blues)” dan ditutup dengan “Dare You to Move”, malam itu vokalis/gitaris Jon Foreman, gitaris Drew Shirley, bassist Tim Foreman, kibordis/gitaris Jerome Fontamillas, dan drummer Chad Butler tampil memuaskan para penggemar setianya dengan membawakan total 18 buah lagu yang terdiri dari 17 lagu sendiri plus satu lagu Beastie Boys berjudul “Sabotage”.
Di sepanjang set, kuintet pengusung alternative rock dengan lirik relijius (mereka enggan disebut Christian Rock karena batasan-batasan yang kemungkinan ditimbulkan) ini menunjukkan bahwa penguasaan panggung adalah salah satu kelebihan mereka yang paling menonjol. Memang, panggung yang dimiliki oleh Hard Rock Cafe tidaklah tergolong sebagai panggung berukuran besar, tapi hal ini tidak dapat menutupi kenyataan bahwa sebagian besar kesuksesan penampilan Switchfoot pada malam itu disebabkan oleh penguasaan panggung kelas atas dari setiap personil dari band ini, terutama sang frontman Jon Foreman.
Penganut Kristen Evangelis yang beberapa kali menunjukkan kemampuannya dalam meniup harmonika ini dengan rajinnya bergerak ke sana ke mari demi menghibur penonton yang letaknya sangat dekat dari panggung karena absennya barikade yang biasanya berdiri kokoh di depan panggung. Bahkan, tidak jarang Jon Foreman menyodorkan tangannya guna bersalaman dengan orang-orang yang mengelu-elukan dirinya. Ia juga seringkali merangsang para penonton untuk turut bernyanyi dengan mengangkat mikrofonnya tinggi-tinggi atau malah langsung mendekatkan mikrofon tersebut ke lautan penonton yang langsung berebut meraih mikrofon itu dengan agresif.
Hebatnya lagi, para penonton yang memenuhi hampir satu lantai Hard Rock Cafe benar-benar turut bernyanyi sepanjang penampilan Switchfoot, termasuk pada lagu “Sabotage” yang bukan ciptaan Jon Foreman dan kawan-kawan. Mungkin, karena hal inilah stamina para personil Switchfoot seperti tidak ada habisnya. Yang pasti, karena hal inilah Jon Foreman berkali-kali berkata, “You guys are amazing!” Singalong semangat dan tepukan tangan tulus dari penonton seperti melecut setiap anggota dari band pemenang Best Rock or Rap Gospel Album pada Grammy Awards Februari lalu ini untuk terus meningkatkan performa mereka pada setiap lagu.
Alhasil, sebuah simbiosis mutualisme yang indah pun terjadi antara Switchfoot dengan para penggemarnya. Swtichfoot yang berusaha tampil maksimal demi memuaskan penggemarnya, penggemar yang ber-singalong ria guna menunjukkan seberapa besar mereka mencintai Switchfoot; semakin puas para penggemar maka semakin giat mereka ber-singalong, dan itu berarti semakin bersemangat Switchfoot memainkan lagu-lagu andalan mereka, semakin bersemangat Switchfoot, para penggemar pun semakin puas, dan seterusnya dan seterusnya. Hubungan timbal balik ini lah yang membuat konser Switchfoot menjadi lebih bagus dari yang dibayangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar